VERSI TERJEMAHAN ALKITAB INDONESIA

Oleh : Herlianto

Alkitab terjemahan kedalam bahasa Melayu sebagai cikal bakal bahasa Indonesia sudah dilakukan sedini tahun 1629 dan sejak itu nama Allah digunakan untuk menerjemahkan El/Elohim/Eloah dan Tuhan untuk menerjemahkan Yahweh dan Adonai. Dalam 50 tahun terakhir, tugas mulia penerbitan Alkitab dilanjutkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yang pada tahun-tahun terakhir ini menerbitkan setiap tahun sekitar 1 juta jilid, suatu berkat bagi kekristenan di Indonesia.

Menarik untuk diketahui bahwa dalam satu dasawarsa terakhir, setidaknya dalam waktu 8 tahun, terbit empat versi terjemahan yang berbeda dengan LAI dan keempatnya dinamakan ‘Kitab Suci.’ Pada tahun 1999 terbit ‘Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru’ (TDB) yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa; tahun 2000 terbit ‘Kitab Suci Torat dan Injil’ (TDI, dicetak 30 ribu) yang diterbitkan oleh Bet Yesua Hamasiah; tahun 2002 terbit ‘Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan’ (UPT) yang diterbitkan oleh Jaringan Gereja-Gereja Pengagung Nama Yahweh; dan tahun 2007 terbit ‘Kitab Suci Indonesian Literal Translation’ (ILT, dicetak 20 ribu) yang diterbitkan oleh Yayasan Lentera Bangsa.

Keempat Kitab Suci Baru itu memiliki kesamaan bahwa mereka ingin mengangkat kembali nama ‘Yahweh’ (bhs. Ibrani), nama yang suci yang menurut mereka tidak boleh diterjemahkan, nama yang menunjukkan sifat Tuhan semesta alam dan bahwa keselamatan itu ada dalam nama Yahweh. Namun pengucapan nama itu tidak seragam juga, sebagai contoh, TDB menulis ‘Yehuwa,’ TDI menulis ‘Yahwe,’ dan UPT & ILT menulis ‘YAHWEH.’ Kesamaan lainnya adalah mereka menolak Allah Trinitarian dan lebih mengarah pada ke’Esa’an Tuhan atau Unitarian. Bila TDB termasuk ‘Unitarian Subordinasionis’ yang menganggap Yesus adalah ciptaan yang lebih rendah dari Yehuwa, umumnya pengikut TDI, UPT, dan ILT menganut keyakinan ‘Unitarian Modalis’ (Sabelianisme), dimana dianggap bahwa hanya ada satu pribadi Yahweh dan Yesus adalah Yahweh sendiri yang menjelma sebagai Yesus dan Roh Kudus adalah Roh atau Daya Hidup Yahweh sendiri. Pada pengantar ILT disebutkan: “YESUS (Yahsua) adalah nama diri dari YAHWEH yang menjelma menjadi manusia untuk menjadi Messias sang Juruselamat.” Bagi ILT, yang memberi kekuatan pada mereka adalah Roh YAHWEH sendiri, konsep yang tidak beda dengan konsep Saksi-Saksi Yehuwa (TDB) bahwa Roh Kudus hanya sekedar tenaga aktif Yahweh yang memberi kekuatan Saksi-Saksi Yehuwa.

Dalam menerjemahkan El/Elohim/Eloah (PL) atau Theos (PB), TDB tetap menggunakan terjemahan ‘Allah,’ namun TDI, UPT & ILT menolak penggunaan nama itu karena dianggap sebagai nama berhala bahkan nama Setan, jadi TDI menulis ‘Eloim,’ UPT menulis ‘Tuhan,’ dan ILT menulis ‘Elohim.’ Baru dari beberapa contoh ini saja sudah terungkap bahwa keempat aliran, khususnya ketiga yang terakhir ini tidak mempunyai kesepakatan dalam kalangan mereka sendiri, sehingga terjemahan-terjemahan itu tidak bisa berfungsi sebagai pemersatu dan berpotensi membingungkan umat. Ini berbeda dengan terjemahan LAI yang secara umum digunakan selama ini yang sudah jelas merupakan pemersatu umat Kristen Indonesia dengan Tuhan dan sesama Kristen.

Soal etika penterjemahan, TDB menerjemahkan langsung dari naskah bahasa Inggeris mereka (New World Translation), namun TDI dan UPT merupakan terjemahan plagiat yang nyaris menjiplak seluruh terjemahan LAI tanpa izin dan hanya mengganti beberapa nama dengan nama Yahweh dan beberapa nama Ibrani lainnya. Sungguh menyedihkan bahwa mereka yang mau memuliakan Yahweh itu ternyata mempermalukan Yahweh dan melanggar hukum ke-8 ‘Jangan mencuri’ (hak cipta orang lain) dan ke-10 ‘Jangan mengingini … apapun (termasuk hak cipta) yang dipunyai sesamamu.’

Rupanya tumbuh sepercik kesadaran sehingga kelompok yang menerbitkan ILT tidak ingin mengulang perilaku yang mempermalukan Yahweh itu dan berusaha menerjemahkan sendiri dari naskah ‘The Interlinear Bible’ karya J.P. Green. Suatu tindakan terpuji bahwa ILT meminta izin kepada J.P. Green sebagai pemegang hak cipta. Namun apakah ILT konsisten? Pada akhir Pengantarnya, ILT menyinggung soal hak cipta penerjemahan dengan menuliskan:

“Adapun hak cipta penerjemahan itu perlu didaftarkan, demi memberi perlindungan kepada Yayasan Lentera Bangsa yang telah bersusah payah melakukan penerjemahan, jangan sampai hak-haknya untuk menerbitkan dan memasarkannya ditutup/ditiadakan oleh pihak-pihak lain.”

Soal hak ini justru menjadi boomerang bagi ILT karena ILT ternyata juga mencuri hak penerjemahan LAI tanpa meminta izin (setidaknya tidak disebutkan dalam Pengantar) dan sekarang meng’klaim’ sebagai hak cipta mereka! ILT masih menjiplak ke’66’ nama kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru terjemahan LAI termasuk singkatannya. Mengapa nama-nama kitab dan singkatannya ILT tidak membuat terjemahan sendiri? Suatu kejujuran yang masih setengah hati, bahkan sekarang dengan mendaftarkannya sebagai hak cipta ILT, berarti mencuri hak cipta LAI lalu diakui sebagai hak cipta sendiri!

Soal nama Yahweh dan El/Elohim/Eloah, para pendukung TDI, UPT & ILT beranggapan bahwa nama Yahweh dan Elohim tidak boleh diterjemahkan, benarkan konsep demikian? Fakta sejarah keyahudian dan kekristenan dalam tiga milenium menunjukkan bahwa klaim itu klaim yang gegabah. Sedini abad-5 SM, sebagian kitab Esra, Daniel, dan Yeremia, sudah dialih-bahasakan ke dalam bahasa Aram dimana nama-nama Yahweh dan El/Elohim/Eloah sudah dialih-bahasakan menjadi ‘elah/elaha.’

Demikian juga pada abad-3 SM, Tanakh diterjemahkan ke bahasa Yunani dalam bentuk Septuaginta (LXX) dimana Yahweh dan Adonai diterjemahkan ‘Kurios’ dan El/Elohim/Eloah diterjemahkan menjadi Theos.

Tidak ada petunjuk dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa Yahweh dan Yesus berkeberatan atas terjemahan itu, malah Perjanjian Baru mengikuti pola Septuaginta (salinan resmi yang para penerjemahnya diutus oleh Imam Besar Eliezer di Yerusalem). Dan, sepanjang sejarah kemudian nama Yahweh dan Elohim diterjemahkan ke dalam banyak bahasa dan sudah menghasilkan bermilyar manusia Kristen yang menyembah dan memuliakan Yahweh dalam bahasa mereka sendiri. Menganggap bahwa milyaran umat Kristen sedunia yang tidak menggunakan nama Yahweh sebagai sesat merupakan ciri khas dari aliran sekte yang elitis.

Dalam hal nama Elohim kita sudah melihat tiga versi terakhir itu berbeda-beda dalam nenerjemahkan, yang satu Eloim, yang kedua Tuhan dan yang ketiga Elohim. Ada dua kesalahan pokok dalam penggunaan Eloim/Elohim, yaitu: (1) Elohim dianggap hanya sebagai nama generik, ini menutup fakta bahwa Elohim juga sering menunjuk sebagai nama diri (proper name) disamping sebagai nama sebutan (generic); dan (2) El/Elohim/Eloah, ketiganya diterjemahkan sebagai ‘Eloim/Elohim.’ Kita harus sadar bahwa sekalipun El/Elohim/Eloah ada kesamaannya, ketiganya juga ada bedanya, jadi dengan hanya menunjuk kepada Eloim/Elohim berarti mengabaikan adanya perbedaan. Sebagai contoh dapat dilihat perbandingan ayat berikut:

“El, Elohe Yisrael” (Kej.33:20). Ini diterjemahkan sebagai berikut:
“Eloim Israel ialah Eloim” (TDI)
“Yang Mahatinggi Tuhannya Israel” (UPT)
“El, Elohim Israel” (ILT)

Demikian juga dengan ayat:
“Akulah El, Elohe Ayahmu’ (Kej.46:3). Ini diterjemahkan sebagai berikut:
“Akulah Eloim, Eloim ayahmu” (TDI)
“Akulah Tuhan, Tuhan ayahmu” (UPT)
“Akulah Elohim, Elohim ayahmu” (ILT).

Khusus dalam versi terjemahan terakhir yaitu ILT, El/Elohim/Eloah yang umumnya ditulis Elohim saja, namun disadari bahwa kalau ‘Elohim’ menunjuk pada ilah-ilah lain selain yang Mahakuasa, maka diterjemahkan ‘ilah.’ Jadi tanpa sadar sebenarnya diakui bahwa ‘elohim’ bisa berarti ‘ilah’ dalam bahasa Arab, padahal untuk menunjuk pada nama lain Yahweh ini, bahasa Arab menambahkan dengan kata sandang menjadi al-ilah atau Allah. Menarik melihat bahwa kalau Alkitab resmi dalam bahasa Arab, El/Elohim/Eloah diterjemahkan menjadi ‘Allah’ (a.l. Arabic Bible, Todays Arabic Version) ada juga Kitab Suci jiplakan dari pemuja nama Yahweh yang menerjemahkannya bukan dengan kata Allah melainkan ‘al-ilah’ (Arab Bible, mengaku menjiplak terjemahan Arabic Bible dan mengganti kata ‘Allah’ disitu menjadi al-ilah). Seperti diketahui dikalangan umat Kristen berbahasa Arab, jauh sebelum Islam lahir, nama ‘Allah’ sudah digunakan baik sebagai bahasa lisan maupun ketika dituliskan sebagai Alkitab dalam bahasa Arab, dan masa sekarang 29 juta orang Kristen berbahasa Arab menggunakan empat versi Alkitab Arab yang semuanya menggunakan nama ‘Allah,’ ini belum termasuk puluhan juta umat Kristen di Indonesia dan Malaysia yang selama empat abad sudah menyebut nama Allah yang tertuju kepada El/Elohim/Eloah.

Kita harus berhati-hati menghadapi Pemuja Nama Yahweh dengan Kitab-Kitab Suci mereka yang kelihatannya sepintas lalu menarik karena ingin memurnikan terjemahan dan mengembalikan nama Tuhan sebenarnya, ternyata sudah terbukti ke-empatnya tidak sejalan, dan jelas akan membingungkan daripada meluruskan kebenaran. Namun, lebih dari itu seseorang yang tidak sadar dan ikut-ikutan mengikuti para pemuja Yahweh, mereka akan ditarik kepada suatu keyakinan yang menjauh dari kekristenan historis dan pengakuan Iman Rasuli. Seseorang yang tertarik Pemuja Nama Yahweh akan disadari atau tidak akan dibawa ke arah:

(1) Fanatisme kelompok Yahudi yang sangat Ibrani/Yahudi sentris,
ini keyakinan sempit sekte ‘Yahweh’ dalam agama Yahudi.

(2) Sikap tidak bersahabat memusuhi dunia Islam/Arab dengan semangat menolak nama Allah yang dianggap nama berhala bahkan nama Setan (Di kalangan Pemuja Nama Yahweh disebar-luaskan buku ‘The Islamic Invasion’ karya Robert Morey yang sarat sikap anti Arab/Islam, sehingga dua tokoh mereka terkena Fatwa Mati).

(3) Sikap yang menyalahkan semua umat Kristen yang tidak menggunakan nama Yahweh tetapi menggunakan nama Allah sebagai menghujat Yahweh, padahal dengan menyebut ‘Allah’ sebagai nama berhala bahkan nama Setan bukankah itu justru menghujat ‘Allah,’ nama El/Elohim/Eloah dalam bahasa Arab?

(4) Menyalahkan Alkitab LAI yang sudah digunakan dan membangunkan
puluhan juta orang Kristen (ada pemuja Yahweh yang menyebut LAI sebagai
Lembaga Alat Iblis karena menerbitkan Alkitab berisi nama Allah).

(5) Menjauhi keyakinan Tritunggal/Trinitarian dan lari kepada
kepercayaan Unitarian/Sabelian yang menolak Tuhan Yesus sebagai
pribadi yang terpisah dari Bapa sekalipun keduanya sehakekat.

Semoga pembahasan ini memperjelas apa yang sedang kita hadapi bersama, dan semoga mereka yang terpengaruh atau bersimpati dalam usaha memurnikan nama Yahweh itu menyadari bahwa mereka sedang terseret kepada suatu arus fanatisme yang bisa mendukacitakan nama ‘Allah’ nama Tuhannya Abraham dalam bahasa Arab.

Salam kasih dari Sekertari www.yabina.org

Tinggalkan komentar